Rabu, 17 Oktober 2012

JIHAD YANG PALING UTAMA . . .



Seorang laki-laki datang menemui Rasulullah Saw. Ia berkata, “aku ingin berbaiat kepadamu untuk berhijrah dan berjihad. Aku mengharapkan pahala dari Allah. “Rasul bertanya kepadanya, Apakah salah seorang di antara kedua orng tuamu masih hidup? Lelaki itu menjawab, Bahkan keduanya masih hidup. Nabi Saw bertanya lagi, dan kamu ingin mendapat pahala dari Allah? Ia menjawab benar. Rasulullah bersabda, kembalilah kamu kepada orang tuamu dan berkhidmat pada mereka sebaik-baiknya”. (Hadis Shahih Muslim)
Dalam hadis lain di riwayatkan oleh ibn majah, al nasai dan alhakim, dikisahkan sorang lelaki yang menemui Nabi Saw dan berkata, “ya Rasulullah, aku bermaksud berperang. Aku datang untuk meminta pendapatmu, Nabi bertanya, apakah kamu masih punya ibu? Ia menjawab, Masih. Rasulullah menasehatinya, Berkhidmatlah kamu kepadanya, karena surga ada dibawah kedua kakinya.”
Nabi Saw, tidak melarang orang untuk berjihad dalam arti berperang di medan pertempuran. Ia memberikan contoh kepada kita tentang prioritas. Jika kita dapat memperoleh surga di rumah kita sendiri, kenapa harus berpayah-payah mencari surga di negeri orang. Jika di sekitar kita masih banyak orang yang harus kita penuhi haknya. Masalah jihad adalah masalah prioritas. Al Quran dan Sunah memerintahkan untuk kita lebih dahulu memenuhi hak keluarga kita lebih dulu sebelum yang lain. Allah berfirman, Berikanlah hak kepada keluarga yang dekat, lalu orang miskin, orang yang berada dalam perjalanan dan janganlah kamu berbuat boros seboros borosnya (QS Bani Israil 17:26).
Jadi, sebelum berjihad kita harus mempertimbangkan beberapa hal. Pertama, kita harus memilih berbagai macam alternatif jihad. Kita harus mendahulukan jihad untuk membela dan memenuhi hak keluarga, tetangga dan orang-orang terdekat kita.
Kedua, jika dua macam jihad terjadi pada saat bersamaan, kita harus menggunakan prinsip istishan. Pilih ada gantinya yang tidak ada gantinya. Jika untuk memenuhi keperluan keluarga kita, tidak ada orang yang menggantikan kita harus memilih keluarga kita. Gunakan juga prinsip marshalih mursalah, kemaslahatan banyak orang.
Ketiga, jihad di medan perang harus didahului, disertai dan diikuti dengan jihad melawan hawa nafsu. Pada zaman Rasulullah Saw, dikalangan sahabat pernah terkenal dua gelar: mujahid ummu Qais dan mujahid Himar. Yang pertama adalah seorang sahabat yang mati dalam perang karena dia merebut seorang perempuan yang bernama Ummu Qais dan yang kedua pergi berperang untuk memperoleh keledai. Keduanya berperang tidak untuk Allah, tetapi untuk memenuhi keinginan-keinginan dirinya. Keduanya kalah berperang setelah lebih dahulu kalah menghadapi dirinya sendiri.
(Diambil dari buku kang jalal yang berjudul The Road to Allah...)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar